Kritik Saran

Memperkenalkan Aturan Kelas secara Natural

shape image

Memperkenalkan Aturan Kelas secara Natural

Halo Mama bijak dan penuh kelembutan! 🌸

Kalau ngomongin soal aturan di kelas, biasanya yang terbayang adalah:
“Jangan ribut!”,
“Duduk yang rapi!”,
“Kalau tidak nurut, nanti hukumannya ini!”

Tapi… di kelas Montessori, suasananya beda banget, Ma.
Nggak ada bentakan. Nggak ada ancaman. Tapi anak-anak tetap tertib, kooperatif, dan menghargai lingkungan.Ajaib? Bukan. Ini Montessori. ✨

🧠 Montessori: Anak Belajar Aturan Lewat Kesadaran, Bukan Takut

Dalam filosofi Montessori, anak tidak dipaksa tunduk pada aturan. Tapi mereka diajak memahami kenapa aturan itu penting, dan bagaimana mereka berperan dalam menjaga harmoni bersama.

Montessori percaya:

“Disiplin sejati datang dari dalam diri, bukan dari tekanan luar.”

Jadi tugas guru (dan orang tua) bukan menakut-nakuti, tapi membimbing anak menuju kesadaran.

👣 Cara Montessori Memperkenalkan Aturan Kelas

1. Aturan Diperkenalkan Lewat Rutinitas

Anak terbiasa tahu:

  • Di mana meletakkan alat setelah digunakan

  • Cara bicara dengan suara pelan di kelas

  • Menunggu giliran jika alat sedang dipakai teman

  • Meminta izin dengan sopan sebelum menyela

Karena dilakukan berulang dan konsisten, anak menyerap aturan sebagai bagian dari kehidupan.

➕ Nggak perlu dimarahin, cukup diajak memahami.

2. Melalui Contoh Nyata

Guru/guide tidak banyak ceramah, tapi menjadi teladan langsung.
Guru bicara lembut, jalan pelan, duduk rapi, mengembalikan alat, menyapa anak dengan sopan.

Anak meniru, bukan karena disuruh — tapi karena melihat dan merasakan.

3. Lingkungan yang Terstruktur

Ruang kelas Montessori itu sangat mendukung keteraturan. Setiap alat punya tempat, setiap area punya fungsi. Hal ini memudahkan anak memahami batasan secara alami.

Contoh:

  • Kalau puzzle nggak lengkap, jadi nggak bisa dimainkan

  • Kalau tidak dikembalikan, teman jadi tidak bisa pakai

Anak belajar bahwa tindakannya berdampak pada orang lain 🧡

4. Diskusi dan Kesepakatan

Beberapa aturan dibuat bersama anak (terutama usia 4–6 tahun).
Mereka diajak berdiskusi:
“Menurutmu, kenapa kita harus jalan pelan di kelas?”
“Kalau teman sedang fokus, apa yang bisa kita lakukan?”

Anak merasa dilibatkan, bukan diperintah.

5. Dampak Alami, Bukan Hukuman

Kalau anak melanggar, guru tidak menghukum. Tapi mengajak anak melihat konsekuensi alami dari tindakannya.

Contoh:

  • Tidak merapikan → alat tidak bisa digunakan teman → teman kecewa

  • Bicara keras → mengganggu teman yang sedang fokus

Anak dilatih empati dan tanggung jawab — bukan takut hukuman.

🏫 TK Shigor Montessori: Aturan yang Dihadirkan dengan Cinta

Di TK Shigor Montessori Islamic School, setiap aturan diperkenalkan secara natural, lembut, dan Islami.

  • Anak diajak memahami adab melalui contoh nyata

  • Guru mengajak anak berdiskusi tentang nilai-nilai kebaikan

  • Tidak ada bentakan. Yang ada hanyalah pembimbingan dengan sabar

  • Anak belajar bahwa menjaga lingkungan dan sopan santun adalah bagian dari ibadah

Dan karena dilakukan dengan hati, anak pun menjadikan aturan sebagai bagian dari dirinya — bukan karena takut, tapi karena ia tahu kenapa itu penting. MasyaAllah 🕌💛


Jadi Mama… yuk mulai dari hal kecil di rumah juga.
Bukan lagi “Jangan lari-lari!” tapi “Yuk jalan pelan ya, biar tidak jatuh dan tidak mengganggu yang lain.”
Karena aturan yang dipahami akan jauh lebih kuat daripada aturan yang dipaksakan.

Dan kalau Mama ingin anak belajar disiplin dengan cara yang halus, penuh kesadaran dan cinta — TK Shigor Montessori Islamic School di Bengkulu adalah rumah belajar yang cocok banget untuk si kecil 🌿



Posting Komentar

© Copyright 2024 Montessori Bengkulu

Kritik Saran

Kritik Konstruktif Energi Produktif Kami

Kirim